Naskah Drama Pendek “Pulung Gantung”

Tokoh :

1.        Barimin laki-laki gagah, pemarah, ringan tangan lalu berubah menjadi laki-laki cengeng dan rapuh karena menderita sakit yang berkepanjangan

2.        Gonel, laki-laki kerempeng, wataknya selengekan

3.        Surti, wanita cantik, sintal

4.        Darmo, penampilan lugu, tapi materialistis

5.        Giman, pendek, kekar

6.        Beberapa laki-laki sederhana dari pelosok desa

7.        Sosok serba putih

8.        Sosok tinggi besar menakutkan

Tengah malam yang beku. Langit hitam. Bintang sembunyi. Satu dua bintang yang muncul di sela-sela awan diam tak berkedip. Pepohonan kaku. Angin terpaku. Udara terasa padat. Terdengar lolongan anjing meraung panjang. Kampung – kampung mati. Punggung perbukitan di belakang kampung-kampung itu tengkurap diselimuti pepohonan yang hitam pekat. Ia seperti raksasa yang tidur kekenyangan.

MUSIK MENGHENTAK KERAS. LALU PELAN. TERDENGAR ALUNAN BIOLA YANG MENYAYAT HATI. TERDENGAR LOLONGAN ANJING, SUARA BURUNG HANTU. TERDENGAR BUNYI-BUNYIAN MENAKUTKAN

LAYAR DIBUKA

01

Barimin

:

(Terbatuk-batuk, badan bergetar, berjalan tak menentu, terhuyung-huyung)

“Malam yang menyiksa. Sakit ini sepertinya menjadi kutukan bagiku. Kutukan atas dosa-dosaku di masa lalu. Oh, Surti. Kamu meninggalkan aku di saat aku sangat membutuhkanmu. Kondisiku seperti ini, mestinya ada orang yang mendampingiku. Untuk menggosok badan dengan minyak angin, meladeniku dengan minuman hangat atau menyelimutiku dengan selimut tebal, atau memijit-mijit tubuhku. Tapi itu tidak terjadi. Tugas itu mestinya dilakukan oleh istri atau anak. Namun, isteriku minggat sebulan lalu dengan membawa anak semata wayang kami, Sujiwo yang masih usia tiga tahun. Ia tidak kuat mendampingiku dalam keadaan melarat.  Surti,Oh….Kamu wanita ayu, kembang desa waktu itu.

Kamu tidak setia. Kamu tidak betah mendampingiku karena aku kini melarat dan sakit-sakitan. Huek…huek. Padahal dulu kamu katakan  bahwa akan tetap setia mendampingiku dalam suka dan duka. Huek…huek.”

LAYAR DITUTUP, MUSIK PELAN MENGHANYUTKAN. TERDENGAR LOLONGAN ANJING, SUARA BURUNG HANTU, TERDENGAR SUARA KENTONGAN DIPUKUL SAYUP-SAYUP

LAYAR DIBUKA KEMBALI. MUSIK RIANG. DI PANGGUNG TAMPAK ADA WARUNG KECIL YANG MENJUAL BERBAGAI MAKANAN : PISANG, KOPI SASETAN BERGELANTUNGAN, KERUPUK, DLL. TERDENGAR MUSIK DANGDUT NORAK KERAS LALU BERUBAH MENJADI SAMAR. DI DEPAN WARUNG ADA KURSI PANJANG DAN MEJA KECIL.SUASANA DI TERMINAL BUS YANG KECIL.

2

Barimin

:

Kopi pake gula batu, Sur!

3

Surti (mengerling mesra)

:

Ya, Mas. Makannya apa? Nasgor, rames, atau mi instan? Banyak pilihan di warungku ini. Minuman juga macam-macam. Kecuali minuman keras. He he he, jelek-jelek gini, orang taat hukum negara dan agama. Tahu batal haram!

4

Barimin

:

Gak usah diceramahi aku tahu, Sur. Warungmu paling komplet. Aku juga tidak mencari minuman keras. Sudah insaf. Yang kucari di warung ini adaah kopi manis, nasi rames, dan terutama senyum manismu.

5

Surti

:

(Mesra) Ini, Mas Barimin. Kopi spesial buat kamu. Tanpa susu wong pesannya juga gak pake susu.

6

Barimin

:

Huss!

7

Surti

:

Eh, Mas. Gimana tarikan hari ini? Lancar jaya?

8

Barimin

:

Alhamdulillah. Hari ini luar biasa. Banyak yang jarak dekat. Turun naik, naik turun. Jadi, busku penuh terus. Setengah hari ini, setoran untuk juragan sudah beres. Masih banyak sisa yang masuk dompet. Sampai magrib nanti semoga tetap lancar jaya. Banyak penumpang, busku penuh terus. Apalagi, hari ini kok banyak penumpang yang…

9

Surti

:

Cantik-cantik, bahenol, semok-semok.

10

Barimin

:

Huss. Cemburu, ya? Heh, mana nasi kegemaranku?

11

Surti

:

Eh, mmm. Memangnya dah pesan tadi?

12

Barimin

:

Belum. Memangnya harus pesan?

13

Surti

:

Harus, dong. Meskipun saya tahu kegemaran Mas Barimin itu nasi putih dengan lauk paha plus sambal tempe kering. Aku gak berani mendahului kehendakmu, Mas. Siapa tahu ada selera baru setelah melihat gadis-gadis cantik!

14

Barimin

:

Ah, kamu. Ada-ada saja. Apakah gadis cantik bisa bikin perubahan selera makan seseorang?

15

Surti

:

Sebetulnya nggak tahu. Cuma menebak-nebak saja. Eh, siapa tahu setelah melihat banyak penumpang yang cantik-cantik terus melambung angan-angan Mas Barimin. Lalu….

16

Barimin

:

Lalu apa?

17

Surti

:

Lalu berubah selera. Biasanya Cuma nasi putih, paha ayam kampung, sambal tempe kering lalu berubah selera. Jadi ingin makan nasi merah dengan lauk dhadha menthok.

18

Barimin

:

Huss. Cepat. Dah lapar, nih. Setengah jam lagi aku mau narik lagi!

19

Surti

:

Ya, ya, tunggu sebentar, Bossku!

20

Barimin

:

Siap, Sayangku….

21

Surti

:

(berjingkat, riang masuk warung) Uh….ngrayu.

TERDENGAR MUSIK DANGDUT. LAGUNYA RHOMA IRAMA “PANASARAN” SEORANG LAKI-LAKI BERNAMA GONEL MENDEKAT KE WARUNG SAMBIL MENIRUKAN LIRIK LAGU TERSEBUT.

22

Gonel

:

(berlagak jagoan) Sur, Surti. Mamas Gonel bikinkan teh panas, manis, kenthal!

23

Surti

:

(berteriak dari dalam)Ya, siapa itu? Teh panas, manis, kenthal?

24

Gonel

:

Ya, sayaaaang. Ini saya, Mamas Gonel.

25

Surti

:

(keluar sambil membawa minuman) Sayang, sayang! Emang lu siapa? Eh, Gonel. Bocah gemblung!

26

Gonel

:

He he he. Hlo ini siapa? (Menunjuk ke arah Barimin)

27

Barimin

:

Suami Surti!

28

Gonel

:

Hah, kapan menikah, Sur? Kenapa nggak ngabari Mas Gonel? Tega benar kamu dengan Mamas! (Menghiba)

29

Barimin

:

Bukan urusanmu! (Mendekat, memegang kerah baju Gonel)

30

Surti

:

E…e…e. Ya, ampun. Jangan berkelahi! Memalukan, tahu!

31

Gonel

:

Sabar, Boss! (mencoba melepaskan cengkeraman)

32

Barimin

:

(Melepas cengkeraman) Sabar…sabar. Memang kamu siapa, berani memanggil Surti, sayang!

33

Surti

:

( Meramu teh) Dia itu orang gemblung, Mas. Hla wong nenek-nenek kempot saja dia panggil sayang! Bahkan kambing hamil  pun dia panggil sayang. Wkkkkk…..

34

Gonel

:

Eh, ini serius? Mas suaminya Surti? Kok gak ada berita selama ini?

35

Barimin

:

Dah, cukup. Tidak usah membahas hal itu. Lagi pula itu urusanku dengan Surti, bukan urusanmu!

36

Gonel

:

Ya,ya. Mana minumanku, Sur?

37

Surti

:

Nih!

38

Laki-laki

:

(Tergopoh-gopoh) Mas Barimin. Ayo dah waktunya kita berangkat! Penumpang dah penuh!

39

Barimin

:

Ya,ya. Surti, aku pamit dulu, ya. Mengejar rezeki…

(Ditujukan Gonel) Awas kalau berani mengganggu Surti!

40

Gonel

:

Siap, Boss. (Lalu menggerutu dengan suara tidak jelas)

TERDENGAR SUARA KERNET BERTERIAK-TERIAK MEMANGGIL -MANGGIL PENUMPANG.

LAYAR DITUTUP

TERDENGAR MUSIK DANGDUT JAWA  DIDI KEMPOT “BANYU LANGIT”.

LAYAR TERBUKA

TAMPAK SUASANA RUMAH PEDESAAN, MALAM SELEPAS MAGRIB

41

Darmo

:

Kapan kamu menikah, Surti? Usiamu sudah 25 tahun. Sudah layak untuk menjadi ibu rumah tangga.

42

Surti

:

Bapak ini. Menikah dengan siapa? Wong belum ada laki-laki yang cocok. Kebanyakan laki-laki hanya berlagak menggoda. Katanya cinta setengah mati sama Surti, tapi ketika saya seriusi malah lari. Saya suruh ketemu Bapak untuk melamar Surti malah blingsatan.

43

Darmo

:

Yah, begitulah kebanyakan laki-laki zaman sekarang. Lagaknya saja penuh gaya. Tanggung jawabnya, nol! Berlagak kaya, dompetnya kosong. Hati-hati, Surti. Jangan sampai kamu tertipu lelaki model begitu. Hanya bermodalkan kata cinta dan sayang. Modal hidup tidak ada sama sekali. Berumah tangga itu tidak cukup bermodal cinta. Memangnya cinta bisa dimakan?

44

Surti

:

Jadi, menurut Bapak, lelaki yang ideal itu yang bagaimana?

45

Darmo

:

Yang mencintaimu, yang menghidupimu.

46

Surti

:

Maksudnya?

47

Darmo

:

Alah, alah….anak zaman sekarang. Tidak paham dengan kata-kata kiasan. Maksudnya, ya…laki-laki yang berduit dan mencintaimu!

48

Surti

:

Oh, begitu? Meskipun tidak ganteng? Yang penting punya uang banyak?

49

Darmo

:

Syukur ganteng, gagah, tinggi besar. Tidak ganteng juga gak apa-apa. Toh ganteng juga gak enak dimakan, kan? He he he. Berumah tangga itu butuh makan, butuh berobat saat sakit, butuh piknik untuk mencari kegembiraan. Juga butuh biaya untuk menyekolahkan anak. Semua hanya dicukupi dengan uang, kan? Syukur kamu bisa mendapatkan suami seorang juragan. Kamupun akan hidup enak. Berhenti jualan di warung kecil itu.

50

Surti

:

Waduh, Bapak kok matre banget, sih.

51

Darmo

:

Bukan matre, Sur. Faktanya, sekarang ini apa-apa butuh biaya. Ngurus KTP, ngurus sertifikat, beli pupuk yang harganya selangit, dah, pokoknya semua itu butuh uang. Kalau kamu mendapat suami mlarat, kapan kita bisa hidup enak. Sekarang kita  miskin, besok melarat, nasib tidak berubah. Nenek moyang kita melarat. Bertahun-tahun ingin menjadi orang kaya gak pernah kesampaian. Bagaima bisa kaya? Hidup sebagai petani, biaya nggarap tanah mahal. Saatnya butuh pupuk, pupuk mahal sekali. Saatnya menjual hasil pertanian, harga anjlok. Apalagi pemerintah nekad impor beras ketika kita panen. Edan benar!

52

Surti

:

Waduh, malah nyalahkan pemerintah. Ini gara-gara Bapak sering ngobrol di pos ronda. Di sana berkumpul membahas hoaks. Membahas politik. Pendapatnya saja elok-elok seperti pakar politik. Ujung-ujungnya menyalahkan pemerintah yang katanya kurang gini, kurang gitu!

53

Darmo

:

Ya, ndak apa-apa menyalahkan pemerintah. Wong mereka kita gaji dengan uang kita, uang pajak kita yang semakin lama semakin tinggi itu.

54

Surti

:

Duh, duh. Sudahlah, Bapak. Orang kecil itu ya mikir yang kecil-kcil saja.

55

Darmo

:

He he he. Ya, sudah. Kapan kamu bawa pacarmu ke sini? Suruh dia nglamar kamu. Bapak kepengin segera momong cucu. Bapak merasa kesepian semenjak dintinggal mati ibumu.

56

Darmo

:

Bapak….

57

Barimin

:

Assalamu’alaikum. Kula nuwun….

58

Darmo

:

Mangga….silakan!

59

Surti

:

(Berbisik) Pak, jawabnya bukan mangga, silakan, tapi wa’alaikumussalam, gitu!

60

Darmo

:

Oh, ya, assalamu’alaikum.

61

Surti

:

Pake Wa, Bapak. Wa’alaikumussalam.

62

Darmo

:

Wa, wa, wangalaikumussalam! Eh, mangga, silakan masuk!

63

Barimin

:

Ya, Bapak. Surti….he he.

64

Surti

:

Wa’alaikumussalam. Eh, Mas Barimin. Kok bikin kaget saja. Gaka ngabari dulu kalau mau bertamu, sih.

65

Barimin

:

He, he, he, iya, Sur. Maaf. Siang terbayang, malam terkenang. Hari ini hasrat hati tak terbendung lagi. Saya…saya….

66

Darmo

:

Hem hem hem. Silakan duduk. Kamu ini siapa? Tampaknya sudah saling kenal dengan Surti!

67

Barimin

:

Iya, Bapak. Saya ini, saya ini anu….

68

Surti

:

Ini Mas Barimin, Pak. Dia sopir bus Yogya-Wonosari. Teman Surti yang baik. Suka ngasih macam-macam pada Surti. Juga pernah titip bingkisan untuk Bapak, hlo. Itu, hlo, Pak, sarung Cap Onta, dulu itu, hlo!

69

Barimin

:

Oh, ha, ha, ha. Ini orangnya yang sering kamu ceritakan itu? Terima kasih, Nak. Sarung itu elok sekali. Tentu harganya juga mahal. Hanya orang berduit yang mampu membelinya. Se kampung ini belum ada yang memakai sarung seperti itu. Wah, orang-orang padha nglirik-nglirik sarungku ketika aku pake “kondangan” atau jagong di tetangga. Luar biasa! Aku Jadi gede rasa.

70

Barimin

:

He he he, Bapak. Kalau cocok boleh saya belikan lagi kapan-kapan.

71

Darmo

:

Oh,ya? Terima kasih sebelumnya. Syukur dibelikan dua sehingga bisa ganti-ganti.

72

Surti

:

Bapak…bikin malu saja! Eh, Mas. Ada keperluan apa malam-malam gini berkunjung tanpa ngabari dulu. Bikin hati ini bagaimana, gitu. Eh, duduk dulu. Saya bikinkan minum. (berjingkat riang)

73

Barimin

:

Ah, gak usah repot-repot.

74

Darmo

:

Oh, ya, Sur. Tadi Bapak baru saja membelah kelapa muda, hlo. Bawa ke sini. Pasti segar dalam suasana gerah begini!

75

Surti

:

Siap, Pak. Mau kan, Mas? (Masuk)

76

Barimin

:

Sangat mau. Terima kasih.

77

Darmo

:

Maaf, ada keperluan apa, Nak Barimin ke sini?

78

Barimin

:

Eh, anu, eh….

79

Darmo

:

Katakan terus terang, Nak. Jangan ragu-ragu!

80

Barimin

:

Mohon maaf sebelumnya kalau kata-kata saya nanti kurang sopan. Saya ini sudah lama berhubungan dengan Dik Surti. Kami ini, anu. Sudah saling mencintai. Kedatangan saya ke sini adalah untuk melamar Dik Surti. Mohon agar Bapak merestui Surti menjadi istri, saya, Bapak. Demikian keperluan saya ke sini, Bapak Darmo.

MUSIK MENGHENTAK, MENGGAMBARKAN KETERKEJUTAN YANG MENGGEMBIRAKAN

81

Darmo

:

Oh, itu maksud kedatangan Nak Barimin ke sini? Saya belum bisa memutuskan apakah menerima atau menolak lamaranmu, Nak. Kalau aku menjadi Surti…pasti langsung aku terima lamaranmu. Tapi, yang menjalaninya kan Surti. Jadi, biar Surti sendiri yang memutuskannya. Surti, cepat ke sini. Mana kelamudnya?

82

Surti

:

(keluar) Nih, Pak.

83

Darmo

:

Ya. Mari Nak Barimin, silakan minum. He he he.

84

Barimin

:

Nggih, Pak. Wow luar biasa. Manis, seger seperti Dik Surti.

85

Surti

:

Alah…ngrayu. (tersenyum gembira)

86

Darmo

:

Sur, duduk sini.

87

Surti

:

(Duduk, tersenyum) Ada apa, Pak? Sepertinya ada hal gawat. Duh, bikin jantungku deg-degan. (memegang dada)

88

Darmo

:

Apakah kamu sudah punya pacar? Apakah kamu sudah janji-janji dengan pacarmu itu?

89

Surti

:

Janji apa, Pak?

90

Darmo

:

Yah, misalnya sepakat untuk sehidup semati. Sepakat untuk membentuk rumah tangga?

91

Surti

:

(Mengerling ke arah Barimin) Menurut Bapak, saya punya pacar belum?

92

Darmo

:

Wathathitha….malah tanya pada Bapak. Mana aku tahu? Ini begini, ada laki-laki tampan melamarmu. Kamu mau nggak nikah dengan laki-laki tersebut?

93

Surti

:

Nggak Mau! Aku masih ingin sendiri. Aku ingin bebas.

94

Barimin

:

(terkejut) Ddddik Surti masih ingin sendiri?

TERDENGAR MUSIK YANG BETEMA “SENDIRI”

https://www.youtube.com/watch?v=wEu2TR5GRqw–> Lesti Kejora Sendiri Saja

https://www.youtube.com/watch?v=Dwg5F4jmpF8 –> Raja Kegagalan Cinta

95

Surti

:

Kecuali… kalau yang nglamar laki-laki semacam Mas Barimin. Ganteng,gagah, kaya, setia!

96

Barimin

:

Alhamdulillah….

97

Darmo

:

Jadi, kamu mau Surti? (gembira)

98

Surti

:

Emangnya yang melamarku, Mas Barimin?

99

Darmo

:

Iya, benar, Surti. Nak Barimin yang melamarmu. Itu dia!

100

Surti

:

He he he, mau doang!

TERDENGAR MUSIK KEBOGIRO

https://www.youtube.com/watch?v=C5avtdDU1no –> Kebo Giro

NARATOR

Surti bersedia menjadi istri Barimin. Mereka pun menggelar pesta pernikahan yang meriah. Teman-teman Barimin dan Surti diundang. Beberapa waktu kemudian, mereka mendapatkan karunia Tuhan seorang anak laki-laki. Anak itu mereka beri nama Sujiwo.

LAYAR DITUTUP

LAYAR DIBUKA

DI PANGGUNG TAMPAK BANGKU KURSI SEDERHANA.

TERDENGAR LAGU SENGSARA

https://www.youtube.com/watch?v=zErFHdMZoKs–> Sengsara

101

Surti

:

(duduk merenung sendiri )

102

Sujiwo

:

(hanya terdengar suara anak kecil) Mah, mamah. Minta mimik cucu.

103

Surti

:

(bangkit) Sungguh aku menyesal telah menikah dengan Mas Barimin. Dulu dia gagah, ganteng, kaya karena menjadi seorang sopir bus Yogya-Wonosari. Banyak uang diberikannya kepadaku. Kini orang-orang tak lagi mau naik bus. Mereka sudah punya motor atau mobil sendiri. Mas Barimin tak menjadi sopir lagi. Dia luntang-lantung ke sana kemari. Aku tidak diberinya uang sama sekali. Sementara biaya hidup semakin mencekik. Aku tidak bisa jualan lagi di warung. Aku Juga tidak bisa mencari uang. Oh….

104

Sujiwo

:

(hanya terdengar suara anak kecil) Mah, mamah. Minta mimik cucu. Menangis.

105

Barimin

:

(Muncul dengan langkah terhuyung-huyung, terbatuk-batuk, lalu duduk dengan kepala tertunduk di meja) Huek-huek….

106

Surti

:

Mas, aku tak kuat lagi hidup seperti ini. Aku ingin agar semua ini segera berakhir. Aku tak tahan lagi.

107

Barimin

:

Surti…jangan tinggalkan aku sendiri. Aku sakit. Huek-huek.

108

Surti

:

Tapi kita sudah tidak punya apa-apa lagi.

109

Barimin

:

Dulu kau katakan akan setia mendimpingku dalam suka dan duka.

110

Surti

:

Itu dulu, Mas. Itu dulu. Dulu dan sekarang beda! Pokoknya, aku akan pergi, pergi. Sujiwo kubawa. (Lari meninggalkan Barimin)

111

Barimin

:

Surti….(terhuyung-huyung mencoba menggapai badan Surti). Oh, Surti. Kamu tega meninggalkan aku sendiri. Aku sakit. Aku lapar. Aku tidak punya siapa-siapa. Ya, Tuhan. Ampuni aku. Aku…aku dulu gagah, kaya, sekarang telah menjadi ampas. Ampas tidak berguna. Mungkn ini kutukan. Dulu aku kejam. Dulu aku suka memukuli orang. Orang yang tidak sesuai dengan keinginanku. Kernet aku pukuli karena menggoda penumpangku yang cantik bahenol. Dulu penjaga warung aku pukuli karena makanan pesananku tak kunjung dibawa ke depanku. Dulu aku banyak mengecewakan wanita karena janji-janjiku, rayuanku yang hanya rayuan gombal. Ya, aku sekarang menjadi gombal. Gombal tidak berguna, kotor, bau. Aku tidak berguna lagi bagi orang lain, bahkan bagiku sendiri. Huek-huek-huek. Penyakit ini tak kunjung sembuh. Sudah bertahun-tahun. Semua telah kujual untuk berobat. Tapi nihil. Tak kunjung sembuh, bahkan penyakitku semakin parah.

Ah, jam berapa sekarang? (melihat ke dinding yang kosong, tidak ada jam dinding di sana) Mungkin sudah larut malam. Udara semakin dingin. Hiii dingin…. tapi aku ingin menikmati udara bebas di luar.(Barimin keluar dari rumah)

PANGGUNG MEREMANG. TERDENGAR SUARA JENGEKRIK, ANJING MELOLONG, TERDENGAR SUARA KENTONGAN SAYUP-SAYUP.

LAYAR DITUTUP

LAYAR DIBUKA KEMBALI. SUASANA DI LUAR. LAMPU REMANG-REMANG.

112

Barimin

:

Oh, di luar sangat dingin (Menggigil). Oh, apa itu? (mendongak) Oh, ada cahaya menyilaukan. Oh, seperti bola raksasa. Oh, meluncur kemari. Aduh, menuju ke kepalaku. Ambyar.  OH, aaaa…..(terjatuh dalam posisi jongkok).

Oh, itu pulung gantung. Ya, pulung gantung. Kata orang, itu pertanda akan ada orang mati bunuh diri dengan cara gantung diri. Oh, apakah ini petunjuk dari Yang Kuasa agar aku bunuh diri dengan cara gantung diri untuk mengakhir penderitaan ini? Apakah ini pertanda…?

Ya, ini pertanda. Baiklah, baiklah aku akan bunuh diri. Mana tali? Mana pohon untuk kupakai gantung diri?Mana?Mana? Oh, Mana? (Terhuyung-huyung jatuh)

113

Orang I

:

He lihat ini saudara-saudara. Ada laki-laki tergolek lemas di sini.

114

Orang II

:

Mana? Oh, iya. Ini Barimin, tetangga kita. Dia suda lama sakit-sakitan. Dia sudah lama ditinggal istri dan anaknya.

115

Orang III

:

Oh, iya. Ini Barimin, mantan sopir bus itu. Kasihan dia. Ayo kita bawa ke Puskesman.

116

Orang I

:

Pakai apa dia kita bawa ke sana?

117

Orang III

:

Pake tandu, monyong!

118

Orang II dan III

:

Ya, ayo cepat. Semoga segera tertolong. He Saudara-Saudara, tolong cari tandu, bawa ke sini.

119

Orang-orang

(Bedatangan orang-orang yang membawa tandu. Barimin diangkat dan dibawa pergi) Ayo, cepat!

LAYAR DITUTUP. TERDENGAR MUSIK SEDIH.

https://www.youtube.com/watch?v=EI_trSFtpn8–> Kelayung-layung

LAYAR DIBUKA LAGI. TAMPAK KANTOR PUSKESMAS YANG MASIH SEPI.

HANYA ADA SATU ORANG LAKI-LAKI SEDANG MENYAPU HALAMAN PUSKESMAS

SAMBIL MEMBAWA SABIT DI TANGAN KIRINYA

120

Orang -orang

:

(Menurunkan tandu yang berisi Barimin)

121

Orang I

:

Maaf, Bapak. Kami membawa orang sakit parah. Mohon izin kami masuk membawa teman kami ini ke dalam kamar perawatan.

122

Giman

:

(Marah) Tidak bisa! Belum saatnya! Puskesmas buka nanti pukul delapan. Sekarang baru pukul enam. Jadi, dua jam lagi baru buka. (Menyapu,mencabuti rumput)

123

Orang I

:

Waduh. Kami harus menunggu lagi dua jam? Kalau orang ini keburu mati bagaimana?

124

Giman

:

Tidak peduli! Itu bukan urusanku. Lagi pula aku cuma tukang kebun di sini. Yang berhak membuka dan memutuskan orang ini boleh masuk atau tidak, kepala Puskesmas! (Meneruskan menyapu, menjauh, hilang dari panggung)

125

Barimin

:

Aduh, aduh, aduh. Tolong, pak Dokter aku sakit. Izinkan aku dibawa masuk! (suara lirih)

126

Giman

:

(Suara bergema, orangnya tidak tampak)Tidak bisa. Belum saatnya!

127

Orang II

:

Syukur, ya Tuhan. Barimin masih hidup! Masih hidup!

128

Orang-orang

:

Ya, masih hidup!

129

Orang III

:

Saudara-saudara, kita istirahat dulu. (Meninggalkan tandu berisi Barimin)

130

Barimin

:

Aduh, aduh. (Muncul sosok berpakaian serba putih dari dalam tandu. Berjalan pelan, berjingkat, mencari-cari, kebingungan)

MUNCUL SOSOK TINGGI BESAR MEMBAWA SEMACAM PENTUNGAN BESAR. WAJAHNYA MENAKUTKAN. PAKAIANNYA SERBA MERAH DAN HITAM.

131

SOSOK MENAKUTKAN

:

Hai! Hayo kamu pergi dari sini!

132

Sosok serba putih

:

Tolong aku Tuan. Aku di mana ini?

133

SOSOK MENAKUTKAN

:

Ini pintu akhirat! Hayo, pergi! Pergi! Belum saatnya kamu ke sini!

134

Sosok serba putih

:

Oh, ini pintu akhirat? Jadi, ini bukan dunia lagi?

135

SOSOK MENAKUTKAN

:

Ha,ha, baru tahu, ya? Hua ha ha ha…

136

Sosok serba putih

:

Tolong, Tuan. Tolong aku mau masuk ke sana. Tunjukkan jalanku!

137

SOSOK MENAKUTKAN

:

Tidak bisa! Belum saatnya. Tunggu sahabatku Izrail menjemputmu. Tidak bisa!

138

Sosok serba putih

:

Bisa! Tunjukkan aku jalannya! Tolong! ( Berlari ke arah sosok menakutkan)

139

SOSOK MENAKUTKAN

:

Tidak bisa! Jangan nekad! Hiaaaat! (Mengayunkan pentungan ke arah sosok serba putih)

140

Sosok serba putih

:

Aduh, jangan! Jangan! Kalau tidak boleh aku menuju ke akhirat, tolong bantu aku kembali ke jasadku. Eh, tapi bagaimana aku bisa kembali ke jasadku? Dia telah hancur dimakan cacing! Aduh bagaimana ini? Ke akhirat tidak bisa karena belum saatnya. Kembali kepada jasadku, tidak bisa karena dia telah hancur! Aduh, tolong!

141

SOSOK MENAKUTKAN

:

Ha ha ha, tahu rasa kamu. Memangnya bunuh diri lantas bikin masalahmu selesai? Ha ha ha. Bodoh! Bodoh sekali. Kamu orang bodo,h goblok! Ha ha aha! Ciaaat! (Sosok menakutkan memukuli sosok serba putih)

142

Sosok serba putih

:

Aduh, jangan, jangan, ampun! (lari ke arah tandu)

143

Barimin

:

Aduh, aduh. Baik, baik. Aku tidak akan bunuh diri. Aku mau hidup seribu tahun lagi!

144

Orang-orang

:

He Lihat, Barimin telah bangun. Terima kasih Tuhan. Semoga Puskesman segera dibuka! Ya, semoga!

LAYAR DITUTUP.

https://www.youtube.com/watch?v=txxcAKLO_vw–> Lagu Jangan Bunuh Diri Exists